BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi manusia
untuk melangsungkan Kehidupannya. Pencapaian ketahanan pangan nasional
merupakan salah satu tujuan penting pembangunan dan peningkatan kualitas
kehidupan bangsa. Ketersediaan dan kecukupan pangan bukan saja berperan penting
dalam pemenuhan energy kalori cukup bagi peningkatan produktivitas.
Upaya peningkatan ketersediaan pangan masih lebih
banyak dilakukan pada peningkatan produksi baik melalui peningkatan produktivitas,
perluasan areal tanam/panen, dan penilakan kehilangan hasil baik yang terjadi
pada tingkat produksi, pasca panen dan pengolahan.
Dalam pertanian, panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari
lahan budidaya. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam
dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Namun demikian, istilah ini
memiliki arti yang lebih luas, karena dapat dipakai pula dalam budidaya ikan
atau berbagai jenis objek usaha tani lainnya, seperti jamur, udang, atau alga/gulma
laut.Secara kultural, panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan
untuk mengadakan festival dan perayaan lain.
Panen pada masa kini dapat dilakukan dengan mesin pemanen seperti combine
harvester, tetapi dalam budidaya yang masih tradisional atau setengah
trandisional orang masih menggunakan sabit atau bahkan ani-ani. Alat pemanen
lain yang tidak dikenal di Indonesia adalah scythe dan reaper. Panen tanpa
mesin merupakan salah satu pekerjaan dalam budidaya yang paling memakan banyak
tenaga kerja. Kegiatan ini dapat langsung diikuti dengan proses pascapanen atau
pengeringan terlebih dahulu.
Pasca panen adalah tahap penanganan hasil tanaman pertanian segera setelah pemanenan. Penanganan pasca panen mencakup pengeringan, pendinginan, pembersihan, pensortiran, penyimpanan, dan pengemasan. Karena hasil pertanian yang sudah terpisah dari tumbuhan akan mengalami perubahan secara fisik dan kimiawi dan cenderung menuju proses pembusukan. Penanganan pasca panen menentukan kualitas hasil pertanian secara garis besar, juga menentukan akan dijadikan apa bahan hasil pertanian setelah melewati penanganan pasca panen, apakah akan dimakan segar atau dijadikan bahan makanan lainnya Oleh karena itu, pengelolaan tanaman secara terpadu disertai perkembangan teknologi, pemanenan dan penanganan pascapanen merupakan salah satu unsur yang diperlukan untuk mencapai mutu produk yang baik.
Pasca panen adalah tahap penanganan hasil tanaman pertanian segera setelah pemanenan. Penanganan pasca panen mencakup pengeringan, pendinginan, pembersihan, pensortiran, penyimpanan, dan pengemasan. Karena hasil pertanian yang sudah terpisah dari tumbuhan akan mengalami perubahan secara fisik dan kimiawi dan cenderung menuju proses pembusukan. Penanganan pasca panen menentukan kualitas hasil pertanian secara garis besar, juga menentukan akan dijadikan apa bahan hasil pertanian setelah melewati penanganan pasca panen, apakah akan dimakan segar atau dijadikan bahan makanan lainnya Oleh karena itu, pengelolaan tanaman secara terpadu disertai perkembangan teknologi, pemanenan dan penanganan pascapanen merupakan salah satu unsur yang diperlukan untuk mencapai mutu produk yang baik.
B. TUJUAN
PENULISAN
Untuk
mengetahui kehilangan hasil (food loss) tanaman holtikultura di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KEHILANGAN HASIL
(FOOD LOSS)
Kehilangan
hasil (food loss) sudah terjadi sejak proses produksi sampai dengan
tahapkonsumsi. Mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan merupakan faktor
penting ketahanan pangan. Kehilangan pangan, yang sering disebut kehilangan
hasil, umumnya terjadi pada sepanjang prose produksi dan rantai pangan, yaitu
sejak dari tahap kegiatan produksi bahan mentah pangan, pasca panen, hingga
pengolahan. Kehilangan pangan yang relative besar umumnya terjadi perubahan
bentuk.
Kehilangan
hasil pada tahap produksi umumnya terjadi pada saat panen akibat penggunaan
mesin pemanen di tingkat petani masih rendah sehingga bbanyak hasil yang
tercecer. Sedangkan kehilangan hasil pada tahap pasca panen dan pengolahan
terjadi karena masih terbatasnya infrastruktur yang ada seperti alat
pengeringan, penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian.
B.
KEHILANGAN HASIL (FOOD LOSS) PADA UMBI-UMBIAN
KOMODITI
|
PERKIRAAN LOSS
(%)
|
Wortel
|
15
|
Ubi kayu
|
5,9
|
Ubi Jalar
|
10-80
|
Pada
kelompok komoditi di atas terjadi kehilangan hasil yang disebabkan oleh :
penyakit umbi bercabang atau NPA (nematode puru akar) yang terjadi pada wortel,
tidak dilakukan pelelesan di kebun petani yang terjadi pada ubi kayu, serta
kumbang C.formicarius. Hama ini dapat
bergantung pada lokasi, jenis bahan dan musim yang biasa terjadi pada ubi
jalar.
C.
KEHILANGAN HASIL (FOOD LOSS) PADA
SAYUR-SAYURAN
KOMODITI
|
PERKIRAAN
LOSS (%)
|
Bawang
|
30-40
|
Tomat
|
56
|
Kembang kol
|
58
|
Selada
|
10
|
Pada
komoditi di atas, masing-masing memiliki penyebab kehilangan hasil yang terjadi
diantaranya: Akibat penanganan pasca panen yang tidak baik, serangan lalat buah
(helicoverpa armigera), serangan hama plutella yang dapat terjadi pada musim
kemarau dan tidak bias dikendalikan yang
terjadi pada tanaman sayur kembang kol.
D.
KEHILANGAN HASIL (FOOD LOSS) PADA
BUAH-BUAHAN
KOMODITI
|
PERKIRAAN LOSS
(%)
|
Pisang
|
40-42
|
Mangga
|
30-50
|
Alpukat
|
80
|
Jeruk
|
30
|
Anggur
|
10-70
|
Pada
komoditi di atas memiliki penyebab kehilangan hasil yang terjadi diantaranya:
Penyakit antraknosa pada buah pisang, penyakit pasca panen yang terjadi pada
buah manga, serangan hama yang terjadi pada alpukat dan jeruk, serta virus yang
menyerang buah anggur.
E.
FAKTOR-FAKTOR
KEHILANGAN HASIL (FOOD LOSS) PANGAN
1.
Perilaku
konsumen dan Pengecer
Perilaku
pengecer yang cenderung menyimpan pangan
dalam jumlah abnyak dan tidak bisa cepat terjual sehingga kadaluarsa dalam
jumlah banyak dan tidak bisa cepat terjual sehingga Pendapatan per kapita yang
tinggi menyebabkan membaiknya daya beli konsumen akan pangan dan mendorong
mereka untuk cenderung membeli pangan melebihi dari yang benar-benar
dibutuhkan, sehingga sering tidak habis dimakan.
2.
Produksi
melebihi permintaan
Kelebihan produksi terutama untuk pangan yang tidak
tahan lama, seperti sayur, menyebabkan kehilangan pangan pada Negara maju cukup
tinggi pada tingkat pengencer.
3.
tingginya
standar mutu yang dituntut oleh konsumen
Tingginya
tingkat kualitas pangan yang diinginkan konsumen menyebabkan banyak pangan yang
tidak laku dijual oleh pengecer, sehingga membusuk dan terbuang begitu saja.
Sementara rendahnya tingkat kehilangan pangan baik pada tahap
produksi,pascapanen, dan pengolahan akibat teknologi,infrastruktur dan
peralatan yang tersedia pada tahapan-tahapan tersebut cukup memadai pada Negara
maju sehingga kehilangan hasil bias ditekan.
4.
Serangan
Hama dan penyakit
Hama
dan penyakit tanaman bersifat dinamis dan perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan
biotik (fase pertumbuhan tanaman, populasi organisme lain, dsb) dan abiotik
(iklim, musim, agroekosistem, dll). Pada dasarnya semua organisme dalam keadaan
seimbang (terkendali) jika tidak terganggu keseimbangan ekologinya. Di lokasi
tertentu, hama dan penyakit tertentu sudah ada sebelumnya atau datang (migrasi)
dari tempat lain karena tertarik pada tanaman padi yang baru tumbuh. Perubahan
iklim, stadia tanaman, budidaya, pola tanam, keberadaan musuh alami, dan cara
pengendalian mempengaruhi dinamika perkembangan hama dan penyakit.
5.
Penanganan
pasca panen yang tidak baik.
Penanganan
pasca panen yang tidak baik dan benar dapat mengakibatkan tanaman mengalami
kehilangan hasil yang sangat berpengaruh pada hasil produksi yang dihasilkan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Pencapaian
ketahanan pangan nasional merupakan salah satu tujuan penting pembangunan dan
peningkatan kualitas kehidupan bangsa. Kehilangan hasil pada tahap produksi
umumnya terjadi pada saat panen akibat penggunaan mesin pemanen di tingkat
petani masih rendah sehingga bbanyak hasil yang tercecer. faktor-faktor
Perilaku
konsumen dan Pengecer, Produksi melebihi permintaan, tingginya standar mutu
yang dituntut oleh konsumen,serangan hama dan penyakit dan penanganan pasca
panen yang tidak baik.
DAFTAR PUSTAKA
Gustavsson J., C. Ciderberg, U. Sonesson, R. V. Otterdijk, and A. Meybeck. 2011. Global Food Losses and Food Waste. Food and Agriculture Organization. Rome.
Cuellar, A.D. and Webber, M.E. 2010. Wasted Food, Wasted Energy: The Embedded Energy in Food Waste in the United States. Environmental Science and Technology 44 (16): 6464-6469.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar