Kamis, 12 Maret 2015

loss komoditi hortikultura

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi manusia untuk melangsungkan Kehidupannya. Pencapaian ketahanan pangan nasional merupakan salah satu tujuan penting pembangunan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa. Ketersediaan dan kecukupan pangan bukan saja berperan penting dalam pemenuhan energy kalori cukup bagi peningkatan produktivitas.
Upaya peningkatan ketersediaan pangan masih lebih banyak dilakukan pada peningkatan produksi baik melalui peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam/panen, dan penilakan kehilangan hasil baik yang terjadi pada tingkat produksi, pasca panen dan pengolahan.
Dalam pertanian, panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan budidaya. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Namun demikian, istilah ini memiliki arti yang lebih luas, karena dapat dipakai pula dalam budidaya ikan atau berbagai jenis objek usaha tani lainnya, seperti jamur, udang, atau alga/gulma laut.Secara kultural, panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk mengadakan festival dan perayaan lain.
Panen pada masa kini dapat dilakukan dengan mesin pemanen seperti combine harvester, tetapi dalam budidaya yang masih tradisional atau setengah trandisional orang masih menggunakan sabit atau bahkan ani-ani. Alat pemanen lain yang tidak dikenal di Indonesia adalah scythe dan reaper. Panen tanpa mesin merupakan salah satu pekerjaan dalam budidaya yang paling memakan banyak tenaga kerja. Kegiatan ini dapat langsung diikuti dengan proses pascapanen atau pengeringan terlebih dahulu.
Pasca panen adalah tahap penanganan hasil tanaman pertanian segera setelah pemanenan. Penanganan pasca panen mencakup pengeringan, pendinginan, pembersihan, pensortiran, penyimpanan, dan pengemasan. Karena hasil pertanian yang sudah terpisah dari tumbuhan akan mengalami perubahan secara fisik dan kimiawi dan cenderung menuju proses pembusukan. Penanganan pasca panen menentukan kualitas hasil pertanian secara garis besar, juga menentukan akan dijadikan apa bahan hasil pertanian setelah melewati penanganan pasca panen, apakah akan dimakan segar atau dijadikan bahan makanan lainnya Oleh karena itu, pengelolaan tanaman secara terpadu disertai perkembangan teknologi, pemanenan dan penanganan pascapanen merupakan salah satu unsur yang diperlukan untuk mencapai mutu produk yang baik.
B.     TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui kehilangan hasil (food loss) tanaman holtikultura di Indonesia.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    KEHILANGAN HASIL (FOOD LOSS)
Kehilangan hasil (food loss) sudah terjadi sejak proses produksi sampai dengan tahapkonsumsi. Mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan merupakan faktor penting ketahanan pangan. Kehilangan pangan, yang sering disebut kehilangan hasil, umumnya terjadi pada sepanjang prose produksi dan rantai pangan, yaitu sejak dari tahap kegiatan produksi bahan mentah pangan, pasca panen, hingga pengolahan. Kehilangan pangan yang relative besar umumnya terjadi perubahan bentuk.
Kehilangan hasil pada tahap produksi umumnya terjadi pada saat panen akibat penggunaan mesin pemanen di tingkat petani masih rendah sehingga bbanyak hasil yang tercecer. Sedangkan kehilangan hasil pada tahap pasca panen dan pengolahan terjadi karena masih terbatasnya infrastruktur yang ada seperti alat pengeringan, penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian.
B.     KEHILANGAN HASIL (FOOD LOSS) PADA UMBI-UMBIAN

KOMODITI
PERKIRAAN LOSS (%)
Wortel
15
Ubi kayu
5,9
Ubi Jalar
10-80

Pada kelompok komoditi di atas terjadi kehilangan hasil yang disebabkan oleh : penyakit umbi bercabang atau NPA (nematode puru akar) yang terjadi pada wortel, tidak dilakukan pelelesan di kebun petani yang terjadi pada ubi kayu, serta kumbang C.formicarius. Hama ini dapat bergantung pada lokasi, jenis bahan dan musim yang biasa terjadi pada ubi jalar.





C.     KEHILANGAN HASIL (FOOD LOSS) PADA SAYUR-SAYURAN
KOMODITI
PERKIRAAN LOSS (%)
Bawang
30-40
Tomat
56
Kembang kol
58
Selada
10

Pada komoditi di atas, masing-masing memiliki penyebab kehilangan hasil yang terjadi diantaranya: Akibat penanganan pasca panen yang tidak baik, serangan lalat buah (helicoverpa armigera), serangan hama plutella yang dapat terjadi pada musim kemarau dan tidak bias dikendalikan  yang terjadi pada tanaman sayur kembang kol.
D.    KEHILANGAN HASIL (FOOD LOSS) PADA BUAH-BUAHAN

KOMODITI
PERKIRAAN LOSS (%)
Pisang
40-42
Mangga
30-50
Alpukat
80
Jeruk
30
Anggur
10-70

Pada komoditi di atas memiliki penyebab kehilangan hasil yang terjadi diantaranya: Penyakit antraknosa pada buah pisang, penyakit pasca panen yang terjadi pada buah manga, serangan hama yang terjadi pada alpukat dan jeruk, serta virus yang menyerang buah anggur.

E.     FAKTOR-FAKTOR KEHILANGAN HASIL (FOOD LOSS) PANGAN
1.      Perilaku konsumen dan Pengecer
Perilaku pengecer yang cenderung menyimpan  pangan dalam jumlah abnyak dan tidak bisa cepat terjual sehingga kadaluarsa dalam jumlah banyak dan tidak bisa cepat terjual sehingga Pendapatan per kapita yang tinggi menyebabkan membaiknya daya beli konsumen akan pangan dan mendorong mereka untuk cenderung membeli pangan melebihi dari yang benar-benar dibutuhkan, sehingga sering tidak habis dimakan.



2.      Produksi melebihi permintaan
Kelebihan produksi terutama untuk pangan yang tidak tahan lama, seperti sayur, menyebabkan kehilangan pangan pada Negara maju cukup tinggi pada tingkat pengencer.
3.      tingginya standar mutu yang dituntut oleh konsumen
Tingginya tingkat kualitas pangan yang diinginkan konsumen menyebabkan banyak pangan yang tidak laku dijual oleh pengecer, sehingga membusuk dan terbuang begitu saja. Sementara rendahnya tingkat kehilangan pangan baik pada tahap produksi,pascapanen, dan pengolahan akibat teknologi,infrastruktur dan peralatan yang tersedia pada tahapan-tahapan tersebut cukup memadai pada Negara maju sehingga kehilangan hasil bias ditekan.
4.      Serangan Hama dan penyakit
Hama dan penyakit tanaman bersifat dinamis dan perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan biotik (fase pertumbuhan tanaman, populasi organisme lain, dsb) dan abiotik (iklim, musim, agroekosistem, dll). Pada dasarnya semua organisme dalam keadaan seimbang (terkendali) jika tidak terganggu keseimbangan ekologinya. Di lokasi tertentu, hama dan penyakit tertentu sudah ada sebelumnya atau datang (migrasi) dari tempat lain karena tertarik pada tanaman padi yang baru tumbuh. Perubahan iklim, stadia tanaman, budidaya, pola tanam, keberadaan musuh alami, dan cara pengendalian mempengaruhi dinamika perkembangan hama dan penyakit.
5.      Penanganan pasca panen yang tidak baik.
Penanganan pasca panen yang tidak baik dan benar dapat mengakibatkan tanaman mengalami kehilangan hasil yang sangat berpengaruh pada hasil produksi yang dihasilkan.









BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN :
Pencapaian ketahanan pangan nasional merupakan salah satu tujuan penting pembangunan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa. Kehilangan hasil pada tahap produksi umumnya terjadi pada saat panen akibat penggunaan mesin pemanen di tingkat petani masih rendah sehingga bbanyak hasil yang tercecer. faktor-faktor Perilaku konsumen dan Pengecer, Produksi melebihi permintaan, tingginya standar mutu yang dituntut oleh konsumen,serangan hama dan penyakit dan penanganan pasca panen yang tidak baik.








                                                                                                               








DAFTAR PUSTAKA

Gustavsson J., C. Ciderberg, U. Sonesson, R. V. Otterdijk, and A. Meybeck. 2011. Global Food Losses and Food Waste. Food and Agriculture Organization. Rome.

Cuellar, A.D. and Webber, M.E. 2010. Wasted Food, Wasted Energy: The Embedded Energy in Food Waste in the United States. Environmental Science and Technology 44 (16): 6464-6469.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar