Jumat, 06 Mei 2016

ekstaksi minyak atsiri dengan palarut

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DENGAN PELARUT MENGUAP




OLEH
SALDRI DEVI NIVAAN
201357009










PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2 0 1 6
I.  
  PENDAHULUAN

1.1.            Latar belakang
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan oleh tanaman, terdiri dari campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman, yaitu dari  daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar. Pengambilan atau ekstraksi  minyak atsiri dari bagian tanaman tersebut dapat dilakukan dengan cara  penyulingan, pengempaan, ekstraksi menggunakan pelarut, atau adsorbsi  dengan lemak tergantung dari jenis tanaman dan sifat fisiko-kimia minyak  atsiri di dalamnya (Hernani, 2006). 
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya misalnya pelarut organik. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah dan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut. Bahan mentah obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan atau dikeringkan. Ekstrak tidak mengandung hanya satu unsur saja tetapi berbagai macam unsur, tergantung pada obat yang digunakan dan kondisi ekstraksi (Ansel, 1989).



1.2.            Rumusan Masalah
1.      Apa itu ekstraksi dengan pelarut menguap?
2.      Bagaimana proses ekstraksi minyak Bunga mawar?
3.      Bagaimana proses ekstraksi minyak bunga melati?
4.      Bagaimana proses ekstraksi minyak daun jeruk purut?

1.3.            Tujuan
1.      Mengetahui ekstraski dengan pelarut menguap.
2.      Mengetahui proses ekstraksi minyak bunga mawar.
3.      Mengetahui proses ekstraksi minyak bunga melati.
4.      Mengetahui proses ekstraksi minyak daun jeruk purut.
II. PEMBAHASAN


2.1.            Ekstraksi Dengan Pelarut Menguap
Cara ekstraksi merupakan system pembuatan minyak atsiri yang bahan bakunya memiliki rendemen kecil, mudah rusak oleh suhu tinggi dan rata – rata larut dalam air. Cara ekstraksi ini biasanya digunakan untuk bahan baku yang minyak atsiri berupa bunga. Beberapa komoditas minyak atsiri yang menggunakan system ekstraksi di antaranya mawar, melati, bunga cempaka, lavender, lily, geranium dan sedap malam.
Cara ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ekstraksi dengan pelarut menguap, ekstraksi dengan lemak dingin dan ekstraksi dengan lemak panas. Ekstraksi minyak atsiri secara komersial umumnya dilakukan dengan pelarut menguap (solvent extraction). Prinsip metode ekstraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan minyak atsiri di dalam bahan pelarut organic yang mudah menguap. Pelarut yang dapat digunakan di antaranya alcohol, heksana, benzene, dan toluene. Selain itu, dapat juga menggunakan pelarut non-polar seperti methanol, etanol, kloroform, aseton, petroleum eter, dan etil asetat dengan kadar 96%.

2.2.            Ekstraksi Minyak Atsiri Bunga Mawar (sukardi et al., 2014)
A.    Langkah – langkah ekstraksi :
1.      Bunga mawar dipisahkan dari kelopak, benang sari dan mahkota bunga mawar. Mahkota bunga mawar yang telah dipisahkan kemudian ditimbang masing- masing 250 gram.
2.      Lakukan penerapan PEF sesuai dengan perlakuan (7 detik, 10 detik dan 13 detik) dengan menggunakan frekuensi sebesar 583 Hz, voltase 1100 v, dan jarak anoda katoda 18 cm. masing – masing mahkota bunga mawar yang telaah dilakukan penerapann PEF sesuai dengan perlakuan.
3.      Lakukan proses ekstraksi dengan menggunakan metode pelarut  menguap dengan larutan n-Heksana teknis yang disimpan dalam Erlenmeyer dan ditutup dengan aluminium foil agar terhindar dari cahaya. Gunakan perbandingan sebesar 1:2 dan 1:3 dan dilakukan ekstraksi selama 2 jam menggunakan suhu kamar.

4.      Setelah 2 jam, mahkota bunga mawar disaring dan diperas menggunakan kain saring kasar untuk mendapatkan larutan minyak-heksana.
5.      Hasil penyaringan kemudian di lakukan pemisahan menggunakan vacuum  evaporator dengan menggunakan kecepatan putaran 70 rpm, tekanan 550 mmHg, suhu 35°C selama kurang lebih 30 menit sehingga di peroleh concentrate berupa cairan kental berwarna bening. Selanjutnya concentrate dilakukan analisa.

B.     Rendemen minyak Mawar
Dari langkah kerja maka didapatkan rendemen yang semakin meningkat seiring dengan semakin besar tingkat perbandingan pelarut dan waktu PEF. Peningkatan rendemen terjadi dikarenakan kapasitas pelarut atau luas bidang kontak pelarut yang lebih besar, sehingga membuat komponen – komponen minyak pada bunga ikut terlarut dan menghasilkan rendemen minyak yang lebih besar. Hal tersebut sama dengan pernyataan Parth et al., (2011), bahwa semakin besar tingkat perbandingan pelarut yang digunakan, maka menghasilkan rendemen yang semakin besar.
C.     Indeks bias minyak mawar.
            Untuk indeks bias yang dihasilakn dari proses tersebut yaitu semakin besar perbandingan pelarut dan lama waktu PEF dihasilakn indeks bias yang semakin besar. Karena terjadi peningkatan komponen minyak atsiri. Pelarut N-Heksana tidak hanya melarutkan minyak atsiri tetapi juga melarutkan komponen lain seperti lilin dan resin. Selain itu juga perlakuan PEF juga mempengaruhi kelarutan dari komponen dari bunga matahari, sebab PEF dapat meningkatkan produksi metabolit intraseluler ang berhubungan dengan ketahanan hidup sel (Janositz et al, 2010).



2.3.            Proses ekstrasi minyak atsiri bunga Melati (Hidayat et al., 2014)
A.    Langkah – langkah ekstraksi
1.      Bunga melati ditimbang sebanyak 250 gram, kemudian di sortasi.
2.      Bunga melati di sesuaikan dengan perlakuan waktu ekstraksi di campur dengan pelarut berupa heksana dan petroleum eter masing – masing pelarut sebanyak 500 mL pada setiap perlakuan. Kemudian diekstraksi sesuai dengan perlakuan waktu ekstraksi yaitu 3, 4, dan 5 jam.
3.      Setelah itu larutan minyak dan pelarut ( heksana atau petroleum eter) di saring dan didapatkan ekstrak bunga melati yang masih bercampur dengan pelarut. Kemudian ekstrak bunga melati di evaporasi dengan menggunakan vacuum evaporator dengan suhu 35°C sehingga di dapatkan concentrate melati.
4.      Concentrate melati kemudian di uji rendemen dan indeks bias untuk mendapatkan perlakuan terbaik.
5.      Untuk perlakukan terbaik diambil kemudian di campur dengan alcohol 95%sebanyak 5 mL dan diaduk selama 5 menit. Di lakukan untuk menghilangkan komponen lain selain minyak seperti resin dan lilin yang ikut larut.
6.      Campuran concentrate melati dan alcohol 95% didinginkan pada suhu -20°C. hingga lilin dan resin mengendap.
7.      Setelah lakukan penyaringan untuk membuang lilin dan resin. Kemudian lakukan evaporasi dengan vacuum evaporator pada suhu 40°C untuk mengghilangkan pelarut alcohol. Maka didapatkan minyak melati absolut.




















Gambar.1. diagram alir proses pembuatan minyak bunga melati (Hidayat et al., 2014)



B.     Rendemen minyak bunga melati. (Hidayat et al., 2014)
Rendemen minyak yang dihasilkan untuk setiap pelarut adalah petroleum eter 8,10%  sedangkan pelarut heksana 5,48%, karena pelarut petroleum eter bersifat selektif dalam melarutkan zat ( Ghunter, 2011). Sehingga dalam proses ini menghasilkan sejumlah kecil lilin albumin, dan zat warna, namun dapat mengekstraksi zat pewangi.
Rendemen untuk lama waktu ektraksi di peroleh hasil masing – masing yaitu 3 jam 4,03%, 4 jam 4,57%, dan 5 jam 4,98%. Semakin lama waktu ekstrak maka semakin besar endemen minyak melati yang dihasilkan. Hal tersbut juga dikemukakan oleh suyanti et al., (2005), lama waktu ekstraksi terkait dengan kontak atau difusi antara larutan pengekstrak dengan bahan baku, semakin sempurna kontak tersebut akan diperoleh rendemen yang semakin banyak. Selai itu, wibowo dan sudi (2004) menegaskan bahwa lamanya waktu proses ekstraksi sangat berpengaruh terhadap inyak atsiri yang dihasilkan.
C.     Indeks bias minyak bunga melati ( Hidayat et al., 2014)
Indeks bias dari minyak hasil ekstraksi diperoleh sebagai berikut berdasarkan perlakuan lama ekstraksi yaitu untuk ekstraksi 3 dan 4 jam memiliki indeks bias yang sama yaitu 1,47 dan indeks bias untuk lama ekstraksi 5 jam adalah 1,46. Untuk indeks bias minyak bunga melati pada umumnya lebih adri 1,400 sehinga minyak hasil ekstraksi memiliki indeks bias yang sesuai dengan literaturnya.



2.4.            Ekstraksi minyak atsiri daun jeruk purut dengan pelarut etanol dan N-Heksana (Munawaroh & Handayani, 2010)
A.    Langkah – langkah ekstraksi
1.      Daun jeruk purut tua dibersihkan kemudian dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari kemudian dipotong – potong kecil.
2.      Daun jeruk purut kemudian di bungkus dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam soxhlet.
3.      Daun jeruk purut dalam soxhket diekstraksi dengan 100 mL etanol 96% pada suhu 81 - 96°C (suhu pemanasan) dan N-Heksana pada suhu 72 - 86°C sampai warna pelarut kembali menjadi seperti semula.
4.      Setelah dilakukan proses ekstraksi, diperoleh filtrate minyak daun jeruk purut. Filtrate minyak daun jeruk purut yang diperoleh kemudian dimurnikan dengan ektrakstraktor soxhlet pada suhu 81 - 95°C sampai pelarutnya tidak mentes lagi dan didapatkan minyak daun jeruk purut murni.
B.     Rendemen dan warna minyak atsiri daun jeruk purut.
Proses ekstraksi daun jeruk purut dengan pelarut etanol 96% diperoleh minyak atsiri daun jeruk purut dengan warna minyak hijau tua sampai kehitaman. Karena pelarut etanol dapat melarutkan pigemen – pigmen warna dari daun jeruk purut seperti klorofil. Estraksi daun jeruk purut dengan etanol menghasilkan rendemen sebesar 13,9%. Ha ini berbeda dengan penelitian Koswara (2009) dengan menggunakan metode penyulingan uap menghasilkan rendemen sebesar 1,42%.
Proses ekstraksi daun jeruk purut dengan pelarut N-Heksana diperoleh minyak daun jeruk purut dengan warna minyak kuning. Hal ini dikarenakan N-Heksana mengekstrak dengan baik sitronelal yang terdapat dari daun jeruk purut dan tidak melarutkan pigmen – pigmen warna serta dapat memisahkan antara pelarut dan minyak sehingga dapat diketahui dengan jelas perbedaan antara minyak dan pelarut. Untuk rendemen yang dihasilkan adalah 10,50%, hal ini berbeda dengan penelitian Koswara (2009) yang menggunakan metode destilasi uap meghasilakn rendemen minyak sebesar 1,42%. Sehingga ekstraksi dengan menggunakan pelarut menguap menghasilkan rendemen minyak yang lebih besar dibandingkan dengan metode penyulingan uap.



III. PENUTUP

3.1.            Kesimpulan
1.      Ekstraksi pelarut menguap merupakan proses ekstraski  yang di gunakan untuk minyak yang sensitive dengan panas dan mudah larut dalam air.
2.      Ekstraksi pelarut menguap biasanya di gunakan untuk bahan dari bunga, seperti Bungan mawar, melati, sedap malam, geranium, dll.
3.      Ekstraksi bunga mawar dengan pelarut N-Heksana dengan waktu yang cukup lama dapat menghasilkan rendemen minyak yang besar dan indeks bias semakin besar karena pelarut dapat melarutkan komponen lain.
4.      Ekstraksi bunga melati menggunakan pelarut N-Heksana dan petroleum eter dilakukan melalu proses yang cukup panjang karena untuk mengghilangkan komponen lain selalin minyak atsiri.
5.      Ekstraksi bunga melati dengan pelarutN-Heksana menghasilkan rendemen lebih kecil dibandingkan dengan Petroleum eter.
6.      Proses pengambilan minyak atsiri dengan metode ekstraksi dengan pelarut menguap memberikan rendmen yang besar dibandingkan dengan metode penyulingan uap.



DAFTAR PUSTAKA

Chan. Khusina. 2012. Minyak Atsiri Melati. http://kushina-chan.blogspot.co.id/2012/03/minyak-atsiri-melati.html . Akses pada 4 april 2016.
Damayanti. A., & E. E. Fitriani.2012. Pemungutan Minyak Atsiri Mawar (Rose Oil) Dengan Metode Maserasi.Jurnal Bahan Alam Terbarukan.1(2). ISSN: 2303 – 0623.
Guenther,  E., .1987.Minyak Atsiri, Edisi Pertama, Universitas Indonesia. Jakarta.
Ghunter, E., 2011. Ahli Bahasa S. Kateran. Minyak Atsiri: Jilid I. Univeritas Indonesia Press. Jakarta.
Hidayat, N., I. A. Dewi & D. A. Hardani. 2014. Ekstraksi Minyak Melati (Jasminum sambac) (kajian Jenis Pelarut Dan Lama Ekstraksi). Jurnal Industria .4(2):82-88.
Hernani, T. M. 2006. Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui Proses Pemurnian. Prosiding Konferensi Nasional Minyak Atsiri 2016. Solo.
Janosita, A., A. K. Noack, D. Knorr. 2010. Plused Electric Field And Their Impact on The Diffusin Characteristic of  Potato Slice. LWT – Food Science And Technnology.44.
Koaswara, S. 2009. Menyuling Dan menepungkan Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut http://www.ebookpangan.com/Artikel/menyuling%20Dan%20Menepungkan%20Minyak%20Atsiri.pdf. Diakses pada tanggal 7 april 2016.
Sani, N.S., R. Racchmawati & Mahfud. Pengambilan Minyak Atsiri Dari Melati Dengan Metode Enfleurasi Dan Ekstraksi Pelarut Menguap. Jurnal Teknik Pomits, 1(1): 1-4.
Sukardi., A.P. Pinasthika., M. H. Pulungan & A. F. Mulyadi. 2014. Ekstraksi Minyak Atsiri Bunga Melati (Jasminum Sambac) dengan metode Maserasi Dan Perlakuan Pendahuluan PEF (Pulsed Electric Field) (Kajian Besar Tegangan Dan Jarak Katoda Anoda).http://skripsitipftp.staff.ub.ac.id/files/2014/12/6.-JURNAL-Adhi-Pradana-Pinasthika.pdf akses pada 4 april 2016.


Suyanti, S. Prabawati. Yulianingsih., Setyadjit & A. U. Nadi.2005. Pengaruh Cara EKstraksi Dan Musim Terhadap Rendemen Dan Mutu Minyak Bunga Melati. Jurnal Pascapanen.2(1):18-23.
Martsiano.2009. Ekstraksi Pelarut Menguap. https://martsiano.wordpress.com/tag/ekstraksi-pelarut-menguap/. Akses pada 4 april 2016.
Munawaroh. E & P. A. Handayani.2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol Dan N-heksana.Jurnal Kompetensi Teknik. 2(1).
Wibowo, A. & Sadi.Y. 2004. Ekstraksi Minyak Nila Dengan Pelarut Normal N-Heksana. Universitas Diponegoro. Semarang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar