EKSTRAKSI
MINYAK ATSIRI DENGAN PELARUT MENGUAP
OLEH
SALDRI
DEVI NIVAAN
201357009

PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
PATTIMURA
AMBON
2
0 1 6
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Minyak atsiri adalah minyak yang
dihasilkan oleh tanaman, terdiri dari campuran zat yang mudah menguap dengan
komposisi dan titik didih yang berbeda-beda, mempunyai rasa getir, berbau wangi
sesuai dengan bau tanaman penghasilnya umumnya larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian
tanaman, yaitu dari daun, bunga, buah,
biji, batang atau kulit dan akar. Pengambilan atau ekstraksi minyak atsiri dari bagian tanaman tersebut
dapat dilakukan dengan cara penyulingan,
pengempaan, ekstraksi menggunakan pelarut, atau adsorbsi dengan lemak tergantung dari jenis tanaman
dan sifat fisiko-kimia minyak atsiri di
dalamnya (Hernani, 2006).
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air
dan yang lainnya misalnya pelarut organik. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat
aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk
menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi adalah
penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah dan menggunakan pelarut
yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut. Bahan mentah obat yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali
dikumpulkan atau dikeringkan. Ekstrak tidak mengandung hanya satu unsur saja
tetapi berbagai macam unsur, tergantung pada obat yang digunakan dan kondisi
ekstraksi (Ansel, 1989).
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Apa itu ekstraksi dengan pelarut menguap?
2. Bagaimana proses ekstraksi minyak Bunga
mawar?
3. Bagaimana proses ekstraksi minyak bunga
melati?
4. Bagaimana proses ekstraksi minyak daun jeruk
purut?
1.3.
Tujuan
1. Mengetahui ekstraski dengan pelarut menguap.
2.
Mengetahui
proses ekstraksi minyak bunga mawar.
3.
Mengetahui
proses ekstraksi minyak bunga melati.
4.
Mengetahui
proses ekstraksi minyak daun jeruk purut.
II. PEMBAHASAN
2.1.
Ekstraksi
Dengan Pelarut Menguap
Cara ekstraksi merupakan system pembuatan minyak atsiri yang bahan
bakunya memiliki rendemen kecil, mudah rusak oleh suhu tinggi dan rata – rata
larut dalam air. Cara ekstraksi ini biasanya digunakan untuk bahan baku yang
minyak atsiri berupa bunga. Beberapa komoditas minyak atsiri yang menggunakan
system ekstraksi di antaranya mawar, melati, bunga cempaka, lavender, lily,
geranium dan sedap malam.
Cara ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ekstraksi
dengan pelarut menguap, ekstraksi dengan lemak dingin dan ekstraksi dengan
lemak panas. Ekstraksi minyak atsiri secara komersial umumnya dilakukan dengan
pelarut menguap (solvent extraction). Prinsip metode ekstraksi dengan pelarut
menguap adalah melarutkan minyak atsiri di dalam bahan pelarut organic yang
mudah menguap. Pelarut yang dapat digunakan di antaranya alcohol, heksana,
benzene, dan toluene. Selain itu, dapat juga menggunakan pelarut non-polar
seperti methanol, etanol, kloroform, aseton, petroleum eter, dan etil asetat
dengan kadar 96%.
2.2.
Ekstraksi Minyak Atsiri Bunga Mawar (sukardi et al., 2014)
A.
Langkah – langkah ekstraksi :
1.
Bunga mawar dipisahkan dari kelopak, benang sari dan mahkota
bunga mawar. Mahkota bunga mawar yang telah dipisahkan kemudian ditimbang
masing- masing 250 gram.
2.
Lakukan penerapan PEF sesuai dengan perlakuan (7 detik, 10 detik
dan 13 detik) dengan menggunakan frekuensi sebesar 583 Hz, voltase 1100 v, dan
jarak anoda katoda 18 cm. masing – masing mahkota bunga mawar yang telaah
dilakukan penerapann PEF sesuai dengan perlakuan.
3.
Lakukan proses ekstraksi dengan menggunakan metode pelarut menguap dengan larutan n-Heksana teknis yang
disimpan dalam Erlenmeyer dan ditutup dengan aluminium foil agar terhindar dari
cahaya. Gunakan perbandingan sebesar 1:2 dan 1:3 dan dilakukan ekstraksi selama
2 jam menggunakan suhu kamar.
4.
Setelah 2 jam, mahkota bunga mawar disaring dan diperas
menggunakan kain saring kasar untuk mendapatkan larutan minyak-heksana.
5.
Hasil penyaringan kemudian di lakukan pemisahan menggunakan vacuum
evaporator dengan menggunakan kecepatan putaran 70 rpm, tekanan 550
mmHg, suhu 35°C selama kurang lebih 30 menit sehingga di peroleh concentrate berupa cairan kental
berwarna bening. Selanjutnya concentrate
dilakukan analisa.
B.
Rendemen minyak Mawar
Dari langkah kerja
maka didapatkan rendemen yang semakin meningkat seiring dengan semakin besar
tingkat perbandingan pelarut dan waktu PEF. Peningkatan rendemen terjadi
dikarenakan kapasitas pelarut atau luas bidang kontak pelarut yang lebih besar,
sehingga membuat komponen – komponen minyak pada bunga ikut terlarut dan
menghasilkan rendemen minyak yang lebih besar. Hal tersebut sama dengan pernyataan
Parth et al., (2011), bahwa semakin
besar tingkat perbandingan pelarut yang digunakan, maka menghasilkan rendemen
yang semakin besar.
C.
Indeks bias minyak mawar.
Untuk indeks bias yang dihasilakn
dari proses tersebut yaitu semakin besar perbandingan pelarut dan lama waktu
PEF dihasilakn indeks bias yang semakin besar. Karena terjadi peningkatan komponen
minyak atsiri. Pelarut N-Heksana tidak hanya melarutkan minyak atsiri tetapi
juga melarutkan komponen lain seperti lilin dan resin. Selain itu juga
perlakuan PEF juga mempengaruhi kelarutan dari komponen dari bunga matahari,
sebab PEF dapat meningkatkan produksi metabolit intraseluler ang berhubungan
dengan ketahanan hidup sel (Janositz et
al, 2010).
2.3.
Proses ekstrasi minyak atsiri bunga Melati (Hidayat et al., 2014)
A.
Langkah – langkah ekstraksi
1.
Bunga melati ditimbang sebanyak 250 gram, kemudian di sortasi.
2.
Bunga melati di sesuaikan dengan perlakuan waktu ekstraksi di
campur dengan pelarut berupa heksana dan petroleum eter masing – masing pelarut
sebanyak 500 mL pada setiap perlakuan. Kemudian diekstraksi sesuai dengan
perlakuan waktu ekstraksi yaitu 3, 4, dan 5 jam.
3.
Setelah itu larutan minyak dan pelarut ( heksana atau petroleum
eter) di saring dan didapatkan ekstrak bunga melati yang masih bercampur dengan
pelarut. Kemudian ekstrak bunga melati di evaporasi dengan menggunakan vacuum evaporator dengan suhu 35°C
sehingga di dapatkan concentrate
melati.
4.
Concentrate melati kemudian di uji rendemen dan indeks bias
untuk mendapatkan perlakuan terbaik.
5.
Untuk perlakukan terbaik diambil kemudian di campur dengan
alcohol 95%sebanyak 5 mL dan diaduk selama 5 menit. Di lakukan untuk
menghilangkan komponen lain selain minyak seperti resin dan lilin yang ikut
larut.
6.
Campuran concentrate melati dan alcohol 95% didinginkan pada
suhu -20°C. hingga lilin dan resin mengendap.
7.
Setelah lakukan penyaringan untuk membuang lilin dan resin.
Kemudian lakukan evaporasi dengan vacuum evaporator pada suhu 40°C untuk
mengghilangkan pelarut alcohol. Maka didapatkan minyak melati absolut.


Gambar.1. diagram alir
proses pembuatan minyak bunga melati (Hidayat et al., 2014)
B.
Rendemen minyak bunga melati. (Hidayat et al., 2014)
Rendemen minyak yang
dihasilkan untuk setiap pelarut adalah petroleum eter 8,10% sedangkan pelarut heksana 5,48%, karena
pelarut petroleum eter bersifat selektif dalam melarutkan zat ( Ghunter, 2011).
Sehingga dalam proses ini menghasilkan sejumlah kecil lilin albumin, dan zat
warna, namun dapat mengekstraksi zat pewangi.
Rendemen untuk lama
waktu ektraksi di peroleh hasil masing – masing yaitu 3 jam 4,03%, 4 jam 4,57%,
dan 5 jam 4,98%. Semakin lama waktu ekstrak maka semakin besar endemen minyak
melati yang dihasilkan. Hal tersbut juga dikemukakan oleh suyanti et al., (2005), lama waktu ekstraksi
terkait dengan kontak atau difusi antara larutan pengekstrak dengan bahan baku,
semakin sempurna kontak tersebut akan diperoleh rendemen yang semakin banyak.
Selai itu, wibowo dan sudi (2004) menegaskan bahwa lamanya waktu proses
ekstraksi sangat berpengaruh terhadap inyak atsiri yang dihasilkan.
C.
Indeks bias minyak bunga melati ( Hidayat et al., 2014)
Indeks bias dari
minyak hasil ekstraksi diperoleh sebagai berikut berdasarkan perlakuan lama ekstraksi
yaitu untuk ekstraksi 3 dan 4 jam memiliki indeks bias yang sama yaitu 1,47 dan
indeks bias untuk lama ekstraksi 5 jam adalah 1,46. Untuk indeks bias minyak
bunga melati pada umumnya lebih adri 1,400 sehinga minyak hasil ekstraksi
memiliki indeks bias yang sesuai dengan literaturnya.
2.4.
Ekstraksi minyak atsiri daun jeruk purut dengan pelarut etanol
dan N-Heksana (Munawaroh & Handayani, 2010)
A.
Langkah – langkah ekstraksi
1.
Daun jeruk purut tua dibersihkan kemudian dijemur dibawah sinar
matahari selama 2 hari kemudian dipotong – potong kecil.
2.
Daun jeruk purut kemudian di bungkus dengan kertas saring dan
dimasukkan kedalam soxhlet.
3.
Daun jeruk purut dalam soxhket diekstraksi dengan 100 mL etanol
96% pada suhu 81 - 96°C (suhu pemanasan) dan N-Heksana pada suhu 72 - 86°C
sampai warna pelarut kembali menjadi seperti semula.
4.
Setelah dilakukan proses ekstraksi, diperoleh filtrate minyak
daun jeruk purut. Filtrate minyak daun jeruk purut yang diperoleh kemudian
dimurnikan dengan ektrakstraktor soxhlet pada suhu 81 - 95°C sampai pelarutnya
tidak mentes lagi dan didapatkan minyak daun jeruk purut murni.
B.
Rendemen dan warna minyak atsiri daun jeruk purut.
Proses ekstraksi daun
jeruk purut dengan pelarut etanol 96% diperoleh minyak atsiri daun jeruk purut
dengan warna minyak hijau tua sampai kehitaman. Karena pelarut etanol dapat
melarutkan pigemen – pigmen warna dari daun jeruk purut seperti klorofil.
Estraksi daun jeruk purut dengan etanol menghasilkan rendemen sebesar 13,9%. Ha
ini berbeda dengan penelitian Koswara (2009) dengan menggunakan metode
penyulingan uap menghasilkan rendemen sebesar 1,42%.
Proses ekstraksi daun
jeruk purut dengan pelarut N-Heksana diperoleh minyak daun jeruk purut dengan warna
minyak kuning. Hal ini dikarenakan N-Heksana mengekstrak dengan baik sitronelal
yang terdapat dari daun jeruk purut dan tidak melarutkan pigmen – pigmen warna
serta dapat memisahkan antara pelarut dan minyak sehingga dapat diketahui
dengan jelas perbedaan antara minyak dan pelarut. Untuk rendemen yang
dihasilkan adalah 10,50%, hal ini berbeda dengan penelitian Koswara (2009) yang
menggunakan metode destilasi uap meghasilakn rendemen minyak sebesar 1,42%.
Sehingga ekstraksi dengan menggunakan pelarut menguap menghasilkan rendemen
minyak yang lebih besar dibandingkan dengan metode penyulingan uap.
III. PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
1.
Ekstraksi pelarut menguap merupakan proses ekstraski yang di gunakan untuk minyak yang sensitive
dengan panas dan mudah larut dalam air.
2.
Ekstraksi pelarut menguap biasanya di gunakan untuk bahan dari
bunga, seperti Bungan mawar, melati, sedap malam, geranium, dll.
3.
Ekstraksi bunga mawar dengan pelarut N-Heksana dengan waktu yang
cukup lama dapat menghasilkan rendemen minyak yang besar dan indeks bias
semakin besar karena pelarut dapat melarutkan komponen lain.
4.
Ekstraksi bunga melati menggunakan pelarut N-Heksana dan
petroleum eter dilakukan melalu proses yang cukup panjang karena untuk
mengghilangkan komponen lain selalin minyak atsiri.
5.
Ekstraksi bunga melati dengan pelarutN-Heksana menghasilkan
rendemen lebih kecil dibandingkan dengan Petroleum eter.
6.
Proses pengambilan minyak atsiri dengan metode ekstraksi dengan
pelarut menguap memberikan rendmen yang besar dibandingkan dengan metode
penyulingan uap.
DAFTAR
PUSTAKA
Chan.
Khusina. 2012. Minyak Atsiri Melati. http://kushina-chan.blogspot.co.id/2012/03/minyak-atsiri-melati.html . Akses pada 4 april
2016.
Damayanti. A., & E. E. Fitriani.2012. Pemungutan Minyak
Atsiri Mawar (Rose Oil) Dengan Metode Maserasi.Jurnal Bahan Alam Terbarukan.1(2).
ISSN: 2303 – 0623.
Guenther, E., .1987.Minyak
Atsiri, Edisi Pertama, Universitas Indonesia. Jakarta.
Ghunter, E., 2011. Ahli Bahasa S. Kateran. Minyak Atsiri: Jilid I.
Univeritas Indonesia Press. Jakarta.
Hidayat, N., I. A. Dewi & D. A. Hardani. 2014. Ekstraksi
Minyak Melati (Jasminum sambac) (kajian Jenis Pelarut Dan Lama Ekstraksi).
Jurnal Industria .4(2):82-88.
Hernani, T. M. 2006. Peningkatan Mutu
Minyak Atsiri Melalui Proses Pemurnian. Prosiding Konferensi Nasional Minyak
Atsiri 2016. Solo.
Janosita, A., A. K. Noack, D. Knorr.
2010. Plused Electric Field And Their Impact on The Diffusin Characteristic
of Potato Slice. LWT – Food Science And
Technnology.44.
Koaswara, S. 2009. Menyuling Dan
menepungkan Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut http://www.ebookpangan.com/Artikel/menyuling%20Dan%20Menepungkan%20Minyak%20Atsiri.pdf. Diakses pada tanggal 7 april 2016.
Sani, N.S., R.
Racchmawati & Mahfud. Pengambilan Minyak Atsiri Dari Melati Dengan Metode
Enfleurasi Dan Ekstraksi Pelarut Menguap. Jurnal Teknik Pomits, 1(1): 1-4.
Sukardi., A.P. Pinasthika., M. H. Pulungan & A. F. Mulyadi.
2014. Ekstraksi Minyak Atsiri Bunga Melati (Jasminum
Sambac) dengan metode Maserasi Dan Perlakuan Pendahuluan PEF (Pulsed
Electric Field) (Kajian Besar Tegangan Dan Jarak Katoda Anoda).http://skripsitipftp.staff.ub.ac.id/files/2014/12/6.-JURNAL-Adhi-Pradana-Pinasthika.pdf
akses pada 4 april 2016.
Suyanti, S. Prabawati. Yulianingsih.,
Setyadjit & A. U. Nadi.2005. Pengaruh Cara EKstraksi Dan Musim Terhadap
Rendemen Dan Mutu Minyak Bunga Melati. Jurnal Pascapanen.2(1):18-23.
Martsiano.2009. Ekstraksi Pelarut
Menguap. https://martsiano.wordpress.com/tag/ekstraksi-pelarut-menguap/. Akses pada 4 april
2016.
Munawaroh. E & P. A. Handayani.2010.
Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Cytrus
hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol Dan N-heksana.Jurnal Kompetensi Teknik.
2(1).
Wibowo, A. & Sadi.Y. 2004. Ekstraksi
Minyak Nila Dengan Pelarut Normal N-Heksana. Universitas Diponegoro. Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar