MARMALADE
OLEH
KELOMPOK 3
SALDRI
DEVI NIVAAN
PRISYE
AURMATIN
EFROSINA
BILMASKOSU
ENGGELINA
HERPIOU
RULLY
KAMORE

PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
PATTIMURA
AMBON
2
0 1 6
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Buah-buahan
merupakan bahan pangan sumber vitamin dan serat. Buah-buahan memiliki
karakteristik yang menarik karena dapat diolah menjadi berbagai macam produk
makanan selain itu beberapa macam buah dapat dijadikan asupan sehat saat
menjalani diet. Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya
sinar matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah
menjadi busuk. Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang simpannya
sangat penting. Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti
anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti selai, manisan, jelli,
dodol, keripik dan sale.
Nama
'marmalade' sendiri selain dalam bahasa Iggris yang berarti awetan
buah-buahan yang bisa terbuat dari aneka buah selain jeruk. Nama ini
sebenarnya berasal dari bahasa Portugis, mengacu pada selai dari buah
quince (sejenis pir, buah lainnya yang memiliki genus yang sama dengan
quince adalah apel dan pir). Quince
dalam bahasa Portugis adalah marmelo. Resep marmalade biasanya menyertakan
potongan atau irisan kulit buah yang di masak perlahan dalam larutan gula, jus
buah dan air hingga lunak. Umumnya marmalade disantap sebagai olesan pada roti
(Oktaviandini, 2014).
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
dari marmalade?
2.
Bagaimana
kriteria kualitas marmalade?
3.
Apa saja faktor
– faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan marmalade?
4.
Bagaimana proses
pembuatan marmalade?
1.3.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian marmalade.
2.
Mengetahui
kriteria kualitas marmalade.
3.
Mengetahui
factor – factor yang harus diperhatikan dalam pembuatan marmalade.
4.
Mengetahui
proses pembuatan marmalade.
II. PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Marmalade.
marmalade merupakan produk daru buah – buahan, sari
buah atau potongan buah atau potongan kulit buah yang diolah menjadi sauatu
struktur seperti gel berisi buah – buahan, gula, asam dan pectin. Sifat – sifat
yang penting dari produk ini termasuk kestabilannya terhadap mikroorganisme dan
struktur fisiknya (Buckle, et al.,
1987).
Menurut Sarwono (1999), marmalade adalah makanan
semi padat yang dibuat dari sari jeruk ditambah dengan cicangan kulit buah
jeruk. Makanan semi padat ini bias kental karena mengandung gel dan pektin.
Marmalade merupakan produk yang menyerupai selai dibuat dari sari buah beserta
kulitnya dengan gula. Sama seperti halnya selai, campuran daging buah, albedo,
flavedo, gula dan pectin ini dikentalkan hingga membentuk struktur gel, dengan
standar yang sama tetapi dengan irisan kulit jeruk (Desrorier, 1988).
struktur khusus marmalade disebabkan karena
terbentuknya kompleks gel-pektin-gula-asam. Pectin terdapat secara alamiah
dalam jaringan buah – buahan sebagai hasil degradasi protopektin selama pematangan.
Dalam pembuatan marmalade pektin dapat dapat ditambahkan dalam bentuk padat
atau cair untuk melengkapi buah – buahan yang kekurangan pectin seperti arbei
(Cruess, 1958).
Marmalade merupakan makanan setengah padat,
berbentuk gel, yang terbentuk dengan baik apa bila konsentrasi gula, asam (pH),
pektin, dan panas yang diberikan dengan baik dan tepat (Helen, 1982).
2.2.
Kriteria Kualitas Marmalade
gel adalah koloid dengan batasan tekanan tertentu,
dimana partikel-partikel membentuk struktur yang berhubungan dan dapat ditembus
oleh pelarutnya. Gel dapat dipandang sebagai bentuk antara system koloid stabil
dan menggumpal. Partikel – partikel dalam gel saling berkontak pelarut sehingga
membentuk jaringan tiga dimensi, dimana cairan berada dalam ruangan-ruangan kecil
dalam jaringan (Nugraha, 1977).
Leslie,
et al., (1971) menyatakan bahwa marmalade yang baik adalah marmalade yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
-
Mempunyai
perbandingan 35% bagian dari sari buah dan 65% bagian dari gula.
-
Mempunai pH 3.2
– 3.6.
-
Mempunyai total
padatan terlarut 66% - 68%.
-
Penyebaran kulit
yang merata.
-
Gel yang
terbentuk tidak keras tetapi bila dituangkan dari wadahnya tidak mengalir.
-
Mempunyai rasa
manis.
-
Mempunyai daya
oles yang baik.
2.3.
Faktor – factor Yang Harus Diperhatikan
2.3.1.
Gula
Gula
terdapat dalam berbagai bentuk: sukrosa, glukosa, fruktosa dan dekstrosa.
Sukrosa adalah gula yang dikenal sehari-hari sebagai gula pasir dan banyak
digunakan dalam industri makanan, baik dalam bentuk Kristal halus atau kasar
maupun dalam bentuk cair. Gula merupakan salah satu bahan pemanis
yang sangat penting karena hampir setiap produk mempergunakan gula. Fungsi
gula, sebagai bahan penambah rasa, sebagai bahan perubah warna dan sebagai
bahan untuk memperbaiki susunan dalam jaringan.
Kadar gula dalam pembuatan marmalade adalah
65 – 75%, gula dipakai
Penambahan gula dalam pembuatan
marmalade adalah untuk memperoleh tekstur, penampakan, dan flavor yang ideal
dan berpengaruh terhadap kekentalan gel. Sifat ini disebabkan karena gula dapat
menyerap air. Akibatnya pengembangan pati menjadi lebih lambat sehingga suhu
gelatinasi lebih tinggi. pada pembuatan marmalade terjadi inversi
atau pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa akibat pengaruh panas dan
asam, yang akan meningkatkan kelarutan sukrosa.
2.3.2. Asam
Asam yang sering digunakan pada
pembuatan marmalade adalah asam organik seperti asam tartarat, asam sitrat dan
asam malat. Asam digunakan untuk menurunkan pH
sari buah hingga 3.2 – 3.6 karena
struktur gel hanya terbentuk pada pH rendah. Tujuan penambahan asam selain
untuk menurunkan pH marmalade juga untuk menghindari terjadinya pengkristalan
gula. Bila tingkat keasaman buah rendah, penambahan asam dapat meningkatkan
jumlah gula yang mengalami inversi. Jumlah gula yang mengalami inversi selama
pendidihan sangat penting untuk menghindari terjadinya pengkristalan gula. Hal
ini disebabkan karena jika jumlah gula inversi semakin banyak, maka molekul
glukosa yang kurang melarut kemudian akan mengkristal. Selain itu, asam juga
digunakan untuk memberikan flavor dalam marmalade.
Mekanisme pembentukan gel yang
berhubungan dengan peranan asam adalah sebagai berikut: pektin mula-mula
terdispersi dalam air membentuk koloid hidrofilik bermuatan negatif. Dengan
adanya ion h+ dari asam, koloid tersebut dinetralkan muatannya dan
akhirnya terbentuk ikatan hidrogen yang merubah bentuk rantai polimer pektin
yang semula lurus menjadi bentuk tiga dimensi yang mampu menangkap air. Tetapi
konsentrasi ion H+ yang
terlalu banyak dapat mengganggu kesetimbangan pektin dan air. Tingkat keasaman
pulp buah memiliki pengaruh terhadap pembentukan gel yang merupakan aspek
penting dalam pengolahan selai. pH dari pulp buah dalam menyeimbangkan gula dan
pektin dalam memfasilitasi pembentukan gel.
2.3.3. Pektin
Komponen utama dari senyawa pektin
adalah asam D-galakturonat tetapi terdapat juga D-galaktosa, L-rabinosa, dan
L-rhamnosa dalam jumlah bervariasi dan kadang-kadang terdapat gula-gula lain
dalam jumlah kecil. Apel dan kulit jeruk adalah bahan baku yang sering
digunakan dalam produksi pektin komersial. Kedua bahan baku tersebut tersedia
cukup melimpah sebagai limbah, juga mengandung kadar pektin yang cukup tinggi.
Kandungan pektin rata-rata untuk buah-buahan berdasarkan berat basah adalah 0,5
%. Pektin dapat membentuk gel dengan gula, bila lebih dari 50% gugus karboksil
telah termetilasi (derajat metilasi:50). Makin banyak ester metil, mekin tinggi
suhu pembentukan gel. Jenis pektin ini termasuk ke dalam rapid sel dimana suhu pembentukan gel pada 88oC.
pembentukan gel dari pektin dengan derajat metilasi tinggi dipengaruhi juga
oleh konsentrasi pektin, presentase gula, dan pH. Makin besar konsentrasi
pektin, makin keras gel yang terbentuk. Konsentrasi pektin 1% telah
mengahasilkan kekerasan gel yang cukup baik. Kadar optimum konsentrasi pektin
untuk pembentukan gel adalah 0.75-1.5%. pectin komersial akan ditambahakan saat
proses pembuatan marmalade jika buah yang dipakai memiliki kandungan pectin
yang sedikit misalnya sirsak dan arbei.
2.3.4. Suhu
Suhu yang dipakai dalam proses pembuatan
marmalade adalah 100 - 106°C. suhu yang tinggi bertujuan untuk mempercepat
proses gelatinisasi antara gula, asam, dan pectin. Selain itu juga suhu yang
digunakan tinggi untuk menguapkan air dari bahan.
2.4.
Proses Pembuatan Marmalade.
2.4.1. Proses
pembuatan marmalade sirsak (Siregar, 2008)
·
Proses pembuatan sari buah sirsak
-
Buah sirsak yang segar dan matang
dibersihkan dan dicuci bersih.
-
Buah diblanshing dengan suhu 83°C selama
5 menit.
-
Buah sirsak ditrimming sehingga
diperoleh daging buah.
-
Daging buah sirsak distrirrer dengan
penambahan air sebanyak 1:1 dan dihasilkan bubur buah.
-
Bubur buah disaring dan diambil sari
buahnya.
·
Persiapan buah nangka
-
Buah nagka dibersihkan dan dibuang
bijinya.
-
Buah nangka diblansing selama 3 menit.
-
Buah nangka direndam dalam larutan gula
40%.
-
Buah nagka diiris atau dipotong dengan
ketebalan 1 cm.
·
Pembuatan marmalade
-
sari buah sirsak yang dihasilkan
kemudian ditambahkan 68% gula, 2% pectin dan diaduk.
-
Sari buah dipanaskan dengan suhu 70°C
sambil diaduk.
-
Ditamhkan asam (asam sitrat) 2 %
kemudian ditambahkan natrium benzoate.
-
Diaduk terus sampai terbentuk gel.
-
Dimasukkan irisan-irisan buah nagka
sambil diaduk agar merata.
-
Diangkat dan dikemas kedalam botol dan
dibiarkan hingga dingin.
500 gram bahan
Gula
=
Pectin
=
Asam
sitrat =
Gambar.1. digram alir pembuatan sari buah sirsak dan irisan
nangka
Sari buah
|
Homogenisasi
|
Gula 68%
Pektin2%
|
Dipanaskan, t:70°C
|
Diaduk sampai membentuk gel
|
Irisan buah nangka
|
Natrium Benzoat : 500 ppm
|
Diangkat dan didinginkan
|
marmalade
|
Gambar.2.
diagram alir pembuatan marmalade (Siregar, 2008)
2.4.2. Pembuatan
Marmalade Jeruk bali (Jariyah, et al., 2001).
Jeruk
bali
|
sortasi
|
pencucian
|
pembelahan
|
Daging buah
|
Albedo
|
flavedo
|
Perendaman dgn larutan garam 5’
|
Penghancuran (air 1:5)
|
Bubur albedo
|
Perendaman dgn larutan garam 5’
|
Pengirisan
|
Penghilangan biji dan kulit ari
|
Perendaman dgn larutan garam 5’
|
Penghancuran (air 1:1)
|
Bubur buah
|
disaring
|
pencampuran
|
Pemanasan (100°C, 5’)
|
marmalade
|
penimbangan
|
Irisan flavedo
|
III. PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
1. Marmalade
merupakan makan semi padat yang mirip seperti selai tetapi terdapat potongan
buah atau irisan kulit buah.
2. Factor
yang harus diperhatikan dalam pengolahan marmalade adalah, kadar gula tinggi,
pectin, asam dan suhu pengolahan.
3. Untuk
buah seperti jeruk tidak perlu penambahan pectin tetapi untuk buah yang
pectinnya sedikit harus ditambah pectin sebanyak 1%.
DAFTAR
PUSTAKA
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H.
Fleet, and M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan : H.Purnomo dan Adiono.
UI-Press.Jakarta.
Cruess, W.F. 1958. Commercial Fruit
and Vegetable Products. Mc. Graw Hill Book Company Inc. New York-Toronto.
London.
Desrosier, N. 1988. Teknologi
Pengawetan Pangan. Terjemahan: M.Muljoharjo, Ui-Press. Jakarta.
Jariyah. Rosida. & D.
Wijayanti. 2000. Pembuatan Marmalade Jeruk Bali (Kajian Proporsi Daging
Buah:Albedo dan penambahan Sukrosa).
Leslie, F.H., H. Jonstone, and C.
Fisher. 1971. Modern Food Analysis. Springer Verlag. New York.
Nugraha, Y. 1977. Kimia Fisik.
FMIPA UNPAD. Bandung.
Ocktaviandini, Mayang. 2014. Laporan
Praktikum Teknologi Pengolahan Buah dan
Sayur. https://id.scribd.com.
Dikases: 19 April 2016.
Sarwono, B. 1999. Jeruk Nipis.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Siregar. R. 2008. Pengaruh
Konsentrasi Natrium Benzoat Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Marmalade Sirsak
(Annona Muricata L).[Skripsi].
Universitas Sumatera Utara.Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar